Data recording pendukung bacaleg PSI DKI
BENARKAN PSI DKI PARTAI PENIPU KETIKA MENYELEKSI CALEG DPRD DKI
Oleh : Upa Labuhari, SH, MH
Rasanya Sedih mendalam membaca berita berjudul ‘’ Mantan Calon Legistif Partai Solidaritas Indonesia ( PSI) menyebut PSI Penipu ‘’ yang dimuat di media online teropong istana.com dan ditulis oleh seorang bakal calon legistatif PSI dari salah satu dapil di DKI Jaya beberapa hari lalu.
Saya sedih karena partai idolaku yang bertekad membersihkan DKI dari KKN disebut sebagai partai penipu. Rasanya ingin berteriak sekeras-keras membantah berita ini tapi apa daya sayapun mengalami hal yang sama ketika mengikuti acara pemilihan PSI DKI, gelombang ketiga. Saya juga terdepak dari pencalonan dengan alasan tidak jelas.
Ada yang memperkirakan karena usia sudah tua, karena partai ini milik anak muda, dan ada pula yang menyebut karena saya tidak mau menempatkan beberapa sponsor dalam berkampanye di bulan Desember yang akan datang.
Sementara pihak panitia pemilihan caleg tingkat DKI menyebutkan adalah hak partai untuk menentukan siapa yang diinginkan untuk mewakili partai ini dalam Pemilu yang akan datang.
Padahal dalam promosi partai ini ketika menyaring peserta sebanyak 500 orang selalu ditekankan bahwa panitia seleksi akan berlaku sejujur-sejujurnya untuk memilih siapa calon yang dianggap patut dan pantas mewakili PSI di arena Pemilu 2024. Dari 500 peserta seleksi akan dipilih sebanyak 106 orang untuk mewakili PSI dalam Pemilu 2024 sebagaimana quota yang ditentukan oleh KPU DKI.
Untuk itu seleksi ketat akan dilakukan terhadap para calon selama kurang lebih tiga minggu. Seleksi pertama dilaksanakan dengan meminta para calon untuk dapat mengumpulkan 200 calon pendukungnya dengan memperlihatkan KTP mereka sebagai warga Jakarta.
Pengumpulan data ini sepintas lalu tidaklah sulit karena hanya mengumpulkan KTP terhadap mereka yang dianggap pendukung. Tapi dikala pengumpulan KTP ini dilakukan dengan menyertakan persyaratan bahwa pendukung ini akan menjadi anggota PSI, banyak pendukung peserta calon yang tidak mau memberikan tanda tangan di atas blangko yang disebutkan di atas.
Pendukung calon peserta menyebutkan, mereka tidak mau menandatangi blangko dukungan karena merasa dijebak untuk menjadi anggota PSI.
‘’Kami mendukung sepenuhnya bacaleg untuk menjadi anggota DPRD DKI dari PSI. Tapi kami bukan boneka PSI,’’ kata seorang dokter yang tidak mau menyerahkan blangko dukungan, tapi dengan rela menyerahkan KTP nya sebagai pendukung salah seorang bacaleg PSI.
Menurut dokter ini lagi, PSI tidak boleh dengan mudahnya menganggap kami sebagai anggota partai karena mendukung seorang bacaleg PSI.
‘’ Kami orang professional, kami mau mendukung bacaleg karena kami tahu reputasinya ditengah masyarakat Jakarta Utara, tapi kami tidak mau menjadi anggota PSI walaupun partai ini tempat berhimpunnya kaum muda professional.
Di sinilah awal kesulitan itu terjadi karena disatu sisi masyarakat mau mendukung bacaleg PSI yang ikut seleksi, tapi disisi lain pendukung ini tidak mau dianggap sebagai anggota PSI karena mendukung salah satu bacalegnya.
Dengan demikian diawal uji peserta, mereka sudah mendapatkan tantangan berat karena dapat dianggap sebagai melanggar hak asasi manusia untuk menentukan partai pilihannya.
Panitia seleksi bacaleg PSI DKI yang diberitahu masalah ini dengan mudahnya menyebutkan jangan terbebani dengan pendapat pendukungnya.
Tantangan kedua, ketika panitia mengharuskan agar bacaleg memperlihat gambar bahwa mereka telah mendeklarasikan dirinya dihadapan masyarakat pendukungnya sekurang-kurangya 20 orang dan memperlihat foto mereka telah berdiskusi dengan pendukungnya untuk menjadi calon anggota DPRD DKI . Kedua acara ini tidak mudah dilakukan karena mengumpulkan orang banyak dilingkup dapil yang bersangkutan sangatlah sulit.
Setelah itu para bacaleg diuji kemampuannya dengan diperhadapkan langsung dengan masyarakat yang oleh panitia disebut berhadapan dengan juri masyarakat.
Acara inipun menurut saya sebagai bacaleg dari dapil dua Jakarta, tidak ada manfaatnya karena kebanyakan yang hadir adalah ibu ibu yang membawa anak,sehingga pertanyaan yang diajukan kepada para bacaleg tidak berfokus pada masalah yang dihadapi dalam kenyataan sehari-hari di daerah yang ditunjuk oleh panitia pemilihan bacaleg.
Sepertinya ibu ibu yang hadir dalam acara ini yang disebut sebagai juri rakyat tidak mengerti siapa yang dihadapinya. Mereka menyangka bacaleg yang hadir dihadapannya adalah masyarakat biasa yang pengetahuannya sekedar membaca koran. Padahal para bacaleg ini berpendidikan minimal S-1 dari berbagai disiplin ilmu . Ada yang sudah bergelar S2 dan ada juga yang kandidat doctor.
Sepertinya Ibu ibu yang di hadirkan oleh panitia pemilihan bacaleg PSI sebagai juri rakyat mau menguji kemampuan bacaleg yang ilmunya lebih tinggi dari mereka karena ada iming-iming dari panitia untuk mendapat bingkisan.
Acara ini menurut saya mubasir karena sepertinya masyarakat juri mau bertanya kepada bacaleg karen bakal mendapat bingkisan minyak goreng maupun beras dari panitia .
Acara ini menurut penulis adalah suatu metode pembodohan sekaligus memperlihatkan kepada masyarakat umum bahwa PSI yang berkeingin membersihkan Jakarta dari KKN masih terlibat dalam pemberian hadiah kepada masyarakat. Padahal dalam propaganda PSI ditengah masyarakat hal ini adalah perbuatan tidak dibenarkan. Tapi masih dilakukan oleh panitia bacaleg sehingga yang mana benar dan mana tidak benar, sama saja hasilnya.
Setelah acara juri rakyat selesai dilaksanakan oleh panitia, kemudian dilakukan acara test wawancara dengan panelis yang menurut panitia, panelis ini adalah orang yang mempunyai kapabilitas di organisasi PSI, sebagai pengamat masalah korupsi, lingkungan hidup dan sebagainya yang membuat bacaleg sangat percaya akan kepakaran panelis untuk menentukan caleg PSI yang akan maju di Pemilu 2024 .
Sebelumnya panitia membuat aturan agar bacaleg melaksanakan e-voting untuk mengetahui seberapa banyak pendukung bacaleg untuk ikut bertanding dalam Pemilu 2024. E-voting ini sebelumnya disebutkan wajib dilaksanakan oleh bacaleg. Tetapi Ketika aturan ini dilaksanakan panitia menyebutkan tidak menentukan apakah yang banyak pendukungnya itu yang menjadi pilihan panitia untuk dapat diloloskan sebagai bacaleg.
Dari sini kelihatan panitia plin-plan untuk dapat menentukan siapa bakal calon yang akan diluluskan. Sebab kenyatannya ada bacaleg dalam e-voting mendapat dukungan dari masyarakat 700 suara. Dan saya sendiri mendapat 164 suara dinyatakan tidak lulus. Sementara ada bacaleg yang hanya mendapat dukungan 3 orang dinyatakan lulus sebagai bacaleg.
Dari data ini dapat dilihat secara transparan bahwa panitia seleksi bacaleg tidak berlaku jujur sebagaimana judul berita yang saya baca sebelumnya di media online Teropong Isatana.com.
Ditambah lagi ketika panitia bacaleg ini ditanya tentang kelulusan bacaleg, panitia menyebutkan, ini adalah seleksi yang menurut kami yang terbaik itulah bacaleg yang akan kami ajukan untuk berlaga di tengah masyarakat Jakarta dalam Pemilu 2024.
Kalau seperti ini jawabannya, maka menurut saya adalah pantas kalau rekan saya yang menulis di Teropong Istana.com seperti judul diatas. Panitia Bacaleg PSI DKI Penipu. Dan hal ini akan membawa konsekwensi besar bagi Caleg PSI di DKI Jaya karena kemungkinan besar masyarakat pemilih tidak percaya akan keberadaan calon yang disodorkan partai untuk dipilih sebagai anggota legislative DKI. Dan untuk itu mereka meninggalkan PSI yang pernah dipercaya sebagai partai bersih, berani dan berwibawa.
Menurut saya kedepan jika PSI Jakarta akan memilih siapa calon anggota legislatif yang akan ditampilkan berlaga ditengah masyarakat Jakarta, sistim pemilihannya harus dirubah walaupun PSI DKI Jakarta mengkomplin ini cara menjaring calon legislatif terbaik dan penuh kejujuran.
Coba panitia penyaringan anggota legislatif DKI belajar dengan sistim penyaringan yang dilakukan oleh Akademi Kepolisian di Semarang. Di akademi ini setiap tahunnya menyaring hampir 10.000 pemuda-pemudi yang akan menjadi perwira polisi.
Dengan sistim yang ketat tidak ada satu pihakpun yang mengkomplin dirinya sebagai tidak lulus. Karena dari satu mata uji ke mata uji lainnya, hasil diperlihatkan secara transparan kepada yang diuji. Bukan sebaliknya seperti yang terjadi di PSI. Mata uji diharuskan mengikuti e-voting tapi hasilnya dinyatakan tidak jadi patokan.
Kalau tidak jadi patokan jangan jadikan mata uji sehingga menimbulkan kecurigaan dimana yang menghasilkan angka ratusan pendukung dan disebut tertinggi dinyatakan tidak lulus caleg sementara yang hanya didukung 3 orang, itu yang dinyatakan lulus.
Ada apa PSI Jakarta ?. Engkau sudah dipercaya oleh masyarakat Jakarta sebagai partai terbaik kedua, sekarang engkau hancurkan dirimu sendiri dengan ketidak jujuran menampilkan caleg yang akan berlaga di Pemilu 2024.
Semoga masyarakat pemilih di Jakarta mengerti keberadaan PSI Jakarta sekarang ini dan dalam waktu dekat ini para bacaleg PSI yang tidak lulus uji karena dicurangi oleh panitia pemilihan akan bersatu dalam suatu wadah untuk mengugat panitia bacaleg PSI di Jakara dihadapan Pengadilan. Biar panitia pemilihan bisa mempertahankan argumentasinya bahwa hal ini adalah hasil seleksi yang terbaik bukan karena kecurangan apalagi penipuan.
Saran saya kepada panitia pusat PSI agar mengeluarkan caleg yang menjadi bahan pergunjikan masyarakat dari caleg PSI yang akan disodorkan namanya di KPU paling lambat Senin 15 Mei. Dan kemudian diumumkan secara terbuka kepada masyarakat DKI sebagai calon pemilih di Pemilu 2024 bahwa tidak ada lagi caleg PSI yang akan maju berlaga di Pemilu 2024 bermasalah.
Jangan rusak nama partai kebanggaanku hanya karena caleg bermasalah. Semoga terlaksana baik, dan sukses.
.
***Penulis adalah wartawan dan pemerhati masalah hukum di jakarta.