Perempuan dan Pelabuhan, Harmoni di Tengah Kontradiksi
Makassar-makassarpena.com. Dua kata yang tampak memiliki perbedaan mendasar, perempuan dan pelabuhan. Perempuan seringkali diidentikkan dengan kelembutan, kepekaan, serta gerak yang gemulai mewakili sisi emosional dan empatik dalam kehidupan.
Sementara itu, pelabuhan merupakan ruang yang sarat dengan aktivitas keras, hiruk-pikuk kendaraan, lalu lalang manusia begitu juga bunyi kapal yang bersandar di dermaga. Gambaran ini kerap menciptakan dikotomi antara peran perempuan dan dunia pelabuhan yang maskulin.
Namun, semangat emansipasi perempuan yang terus berkembang dari waktu ke waktu mulai meruntuhkan batasan-batasan tersebut. Saat ini, semakin banyak perempuan yang mengambil peran penting dalam sektor pelabuhan, salah satunya adalah Hadriana Hasan, atau yang akrab disapa Bu Nana, selaku Manajer Unit Pelabuhan Paotere.
Menjelang masa purnabaktinya, Bu Nana justru menunjukkan dedikasi luar biasa. Ibarat karang di tengah ombak, semangatnya dalam melakukan pembenahan di Pelabuhan Paotere patut diapresiasi. Dengan pendekatan persuasif dan penuh ketegasan, ia berhasil merangkul para pengguna jasa pelabuhan agar mematuhi peraturan yang berlaku, meskipun tidak jarang ia harus menghadapi kritik dan cercaan.
Baginya, usia bukanlah penghalang untuk terus berkarya. Justru masa senja menjadi pemantik semangat dalam merajut capaian yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya, tetapi juga meninggalkan jejak positif bagi perusahaan dan masyarakat sekitar.
Semangat inilah yang mencerminkan cita-cita Raden Ajeng Kartini, tokoh perempuan Indonesia yang diperingati setiap tanggal 21 April. Kartini, yang lahir pada tahun 1879 di Jepara, Jawa Tengah, merupakan pelopor emansipasi perempuan di Indonesia. Meski hidup dalam keterbatasan pada zamannya, ia berjuang gigih demi pendidikan dan kesetaraan hak bagi perempuan.
Melalui karya monumentalnya, Habis Gelap Terbitlah Terang, Kartini menjadi simbol perjuangan kaum perempuan dalam meraih akses pendidikan, kesetaraan gender, serta partisipasi dalam dunia kerja.
Lebih dari satu abad telah berlalu sejak wafatnya Kartini, namun semangat perjuangannya tetap relevan. Hari Kartini bukan sekadar peringatan sejarah, melainkan momentum untuk merefleksikan nilai-nilai yang telah diperjuangkannya demi kemajuan bangsa.
“Marilah kita terus saling menginspirasi dan mewujudkan mimpi Kartini untuk Indonesia yang lebih baik dan lebih adil bagi semua,” pungkas Bu Nana.(idj)