Produksi Industri Kecil Rumah Tangga Anyaman Kerajinan Tangan Karanjeng Juku
Pangkep-makassarpena.com. Karanjeng Juku disingkat Keju yang artinya keranjang ikan produksi asli yang berasal dari Kampung Matojeng RK 2, Kelurahan Minasatene Kecamatan Minasatene, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yang sudah berlangsung secara turun-temurun sejak dari sekitar awal tahun 70-an atau sekitar 50 tahunan yang lalu sampai sekarang.
Karanjeng juku (Keju) ini adalah produksi industri kecil rumah tangga, saat ini ada lima rumah kelompok tempat pembuatan kelompok Keju tersebut yang masih dikerjakan oleh kelompok yang dipimpin oleh Muzdalifah, Hajrah, Khadijah, Haeria dan Ruki. Keju digunakan oleh para penjual ikan sebagai konsumen.
Sebagaimana dijelaskan Ashadi (keluarga pekerja/pengrajin) pada Selasa (17/9/2024), bahwa produksi ini sudah dimulai kira-kira 50 tahunan yang lalu sebab beberapa tahun sebelum lahir keranjang ikan begini sudah diproduksi di Kelurahan Minasatene sedangkan usianya sekarang sudah 40 tahun.
“Kerajinan ini sudah berasal dari neneknya yang turun temurun kepada orang tuanya dan keluarga serta para kerabat dan tetangga yang ada di sekitarnya,” katanya.
Menurut Ashadi pimpinan kelompok, di rumahnya ini orang tuanya bernama Khadijah isteri dari bapak Sudirman sedangkan neneknya bernama Indotang dan kakeknya Sahadu adalah pengerajin awal dari kerajinan anyaman bambu Keju ini.
“Satu batang bambu akan menjadi sebanyak 50 sampai dengan 75 Keju sesuai dengan ukuran besarnya bambu,” ungkapnya.
Ashadi menguraikan cara pembuatannya dimulai dari dengan memotong-motong bambu sepanjang sekitar 70 cm kemudian dari bambu tersebut diiris-iris tipis sekitar 1 sampai 1,5 milimeter.
“Kemudian dianyam yang nantinya ditekuk kemudian diberikan jahitan keliling yang diikat pada pinggir anyaman bambu yang telah ditekuk sesuai bentuk melingkar berbentuk baskom,” lanjutnya.
Disampaikan Ashadi dalam sehari bisa di selesaikan sampai sebanyak 25 keranjang yang sudah ditusuk dengan tali rafia melingkar, dikerjakan ditiap rumah sesuai waktu-waktu pekerjaan sesuai target banyaknya pesanan saja.
“Biasanya para pengrajin mulai mengerjakannya dari pagi dan pada jam 10.00 malam datang dijemput oleh pemesan dari para petugas pelaku pelelangan penjual ikan yang menggunakannya sekali saja (keranjang sekali pakai),” ujarnya.
Ditambahkan Ashadi hasil pekerjaan ini tidak pernah tersisa karena dikerjakan sesuai dengan banyaknya pesanan saja dengan harga saat ini RP 1.000 satu (Seribu rupiah per 1 Keju), berarti dalam satu ikatan berjumlah 25 (Dua puluh lima) Keju dengan harganya Rp 25.000 (Dua puluh lima ribu rupiah). (hamza)