Mengenang 1000 Hari Almarhumah Hj. Aisyah Andi Mattotorang
Ibu adalah sosok orang tua yang mulia. Bahkan dalam Islam, seorang ibu dipandang lebih mulia dibandingkan ayah, meskipun keduanya harus menjadi orang yang paling dihormati oleh setiap anak.
Seorang pria pernah mendatangi Rasulullah SAW lalu berkata, “Siapa dari kerabatku yang paling berhak aku berbuat baik?” Beliau mengatakan, “Ibumu.” Dia berkata lagi, “Kemudian siapa lagi?” Beliau mengatakan, “Ibumu.” Dia berkata lagi, “Kemudian siapa lagi?” Beliau mengatakan, “Ibumu.” Dia berkata lagi, “Kemudian siapa lagi?” Beliau mengatakan, “Ayahmu.” (HR Bukhari dan Muslim).
Hadis lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA menegaskan kepada seorang laki-laki yang hendak memilih calon mempeleai perempuan dengan mempertimbangkan empat hal, baik dari sisi harta, keturunan, cantik, dan agama.
Lalu kenapa agama yang didahulukan ?, karena wanita yang agamanya baik, maka ia akan melahirkan dan mendidik anak- anaknya menjadi anak sholeh dan sholeha.
Tentang sosok mulia seorang ibu ini juga tergambar pada acara mengenang 1000 hari wafatnya alamarhumah Hj. Aisyah Andi Mattotorang, Sabtu 4 Mei 2024, di kediaman H. Andi Muhammad Gunawan jalan Toddopuli 7 Makassar.
Acara yang dikemas dalam haul yang merupakan bentuk upacara ulang tahun memperingati kematian bagi seseorang yang telah meninggal dunia, yang berisi doa-doa kebaikan. Upacara haul 1000 hari diperingati dengan tujuan untuk memberi penghormatan kepada ibunda Hj. Aisyah Andi Mattotorang yang telah meninggal dunia.
Haul yang diawali dzikir di pagi hari disusul khatam Al Quran, tausyiah dan mengenang Hj. Aisyah Andi Mattotorang, diperingati sebagai bentuk penghargaan H. Andi Muhammad Gunawan berserta tiga orang saudaranya kepada sosok mulia ibunda yang telah berjasa mengantarkan ke tiga putra- putrinya menjadi orang sukses.
Mewakili keluarga, H. Andi Muhammad Gunawan dalam mengenang sosok ibunda menceritakan pahit manisnya perjuangan yang harus dilalui saat menempuh pendidikan di Jogyakarta.
Tak jarang katanya, untuk makan ia rela ikut menjual nasi uduk demi untuk mengisi perut yang sekali makan untuk dua hari. Namun ia yakin bahwa, berkah doa dan bimbingan seorang ibulah yang membuatnya sampai sekarang hidup berkecukupan.
” Saya tak pernah lupa pesan ibu, jangan takut miskin karena bersedekah. Dan itulah kenapa sampai saat ini amanah ibunda tetap saya jalankan disetiap Jumat dengan memberi makan sekitar 500an orang. Semoga ini bukan riya,” ujarnya.
Selain sosok ibunda tercinta kata H. Andi Muhammad Gunawan, ia pun mengakui kehadiran seorang isteri yang selalu setia mendampingi dan memberinya support.
” Pesan saya, hormati dan bahagiakanlah ibumu selagi masih hidup, karena kita semua yakin dan percaya doa ibu langsung diijab oleh Allah AWT,” katanya sembari dengan mata berkaca-kaca, membuat semua yang hadir ikut terharu.
Haul yang berlangsung hikmah ini, selain dihadiri keluarga juga turut hadir Lurah Borong Andi Arfan Andi Idjo, Binmas, pengurus dan jamaah serta santri TPQ/TPA Masjid Jami Al Ittihad.
Mengenang 1000 hari wafatnya ibunda tercinta Hj. Aisyah Mattotorang, diakhiri dengan makan siang bersama dan sholat Dzuhur berjamaah di Masjid Jami Al Ittihad Toddpuli 7, dimana H. Andi Muhammad Gunawan diberi mandat oleh jamaah sebagai nahkoda baru masa khidmat tahun 2024-2029. (as)